Oleh : Aulia Daie Nichen
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melakukan
proses pendidikan kepada peserta didik. Dewasa ini, macam-macam sekolah
berkembang pesat mulai dari sekolah formal biasa yang kita kenal sehari-hari
hingga konsep sekolah alam yang jarang orang memperhatikannya. Peserta didik
dikirim ke sekolah-sekolah dengan harapan pulang membawa bekal ilmu yang cukup
serta nilai yang bagus. Nilai tentu didapat di dalam proses
pembelajaran di sekolah, namun belum tentu dengan bekal ilmu yang didapat
sekolah. Siapa yang bisa memastikan bahwa sang peserta didik memahami betul apa
yang diajarkan gurunya di sekolah?
Pertanyaan itu bukan berarti meragukan proses pembelajaran di
sekolah, akan tetapi kita patut kritis akan apa yang dipelajari di sekolah. Darimana
mengetahui sang anak mendapatkan ilmunya? Menurut saya bisa menggunakan alat
tes seperti umumnya di sekolah, atau bisa menggunakan pengamatan. Pengamatan yang
dimaksud bisa dilakukan oleh guru, teman sejawat, orang tua bahkan masyarakat
yang ada di sekitar rumahnya. Lalu apa yang diamati? Perilaku dari sang peserta
didik tersebut, kemudian ilmu apa saja yang sudah diterapkan di kehidupan
sehari-hari. Misalkan seperti ilmu akuntansi yang diterapkan di warung milik
orang tua sang peserta didik.
Ilmu yang didapat oleh peserta didik tentunya tidak dapat
diimplementasikan secara menyeluruh. Namun, paling tidak ada hal-hal yang
diimplementasikan ke kehidupan sehari-hari dari proses pembelajaran di kelas. Sehingga,
apa yang dipelajari bukan sekadar hafalan belaka, namun lebih dari itu menjadi
sebuah hal yang diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.
Jarak Sosial
Sekolah Dan Masyarakat
Jika kita mendengar kata sekolah, maka yang terbayang di
dalam pikiran kita ialah bangunan tinggi dengan pagar dan tembok yang berdiri
kokoh serta dilengkapi dengan fasilitas yang ada seperti lapangan, laoratorium
dan juga tempat ibadah sendiri. Itulah sekolah pada umumnya, yang bahkan berada
di tengah-tengah masyarakat namun memiliki kehidupan sendiri. Jarak yang ada
antara sekolah dan masyarakat bukan jarak geografis, akan tetapi jarak sosial
yang terbentang dari sekolah hingga ke masyarakat. Bisa jadi sekolah berada di
tengah perkampungan, namun tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat kampong tersebut.
Bisa jadi sebaliknya, sekolah berada di pinggir jalan raya namun memiliki
program bersama masyarakat di sekitar.
Lalu apa permasalahannya jika sekolah dan masyarakat tidak berinteraksi?
Pertanyaan yang bagi saya menarik, karena bisa terdapat dua jawaban yaitu tidak
ada masalah dan tentunya sangat bermasalah. Tidak masalah bagi mereka yang
menganggap bahwa fungsi sekolah hanya sekadar belajar di kelas, dan tidak perlu
turun ke masyarakat. Dianggap masalah bagi mereka yang percaya bahwa fungsi
sekolah ialah bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Karena secara alami
seluruh komponen sekolah berasal dari masyarakat.
Mereka yang menganggap sekolah dan masyarakat tidak perlu
bersinergi ialah orang yang juga menganggap bahwa fungsi sekolah hanya sekadar
perbaikan kekayaan material saja. Anak dikirim untuk sekolah tujuannya adalah
untuk mendapat nilai yang tinggi, sehingga dapat melanjutkan ke jenjang
berikutnya ke sekolah favorit, begitu hingga ia lulus kuliah dan seterusnya. Dari
kecil kita diajari bahwa dengan sekolah maka kita akan sukses dan jadi orang. Terngiang di telinga saya bahwa
guru dan orang tua saya selalu berkata “sekolah
yang bener, biar jadi orang”. Dahulu pasti kita pernah mendengar itu dan
mengiyakan. Namun belum tentu di kemudian hari kita bersepakat dengan kata-kata
itu.
Semakin dewasa kita semakin melihat kenyataan bahwa bahkan
orang yang pandai pun bisa tidak sukses dalam karirnya. Kepintaran yang
diwujudkan oleh nilai tidak menjamin seseorang sukses dan menjadi orang. Karena semakin kita dewasa
semakin kita mengetahui bahwa masih banyak factor di luar daripada kepintaran
dan secarik kertas bertuliskan nilai yang tinggi tersebut. Namun tidak juga
sedikit orang yang masih mempercayai hal itu.
Sebaliknya, mereka yang percaya bahwa sekolah dan masyarakat
harus bersinergi bahkan melebur adalah mereka yang jenuh akan keadaan saat ini.
Keadaan dimana sekolah hanya menjadi formalitas saja bagi masyarakat kredensial yang masih mengejar
sertifikat, ijazah dan lain sebagainya. Itu tentu saja penting, namun bukan
berarti segalanya dan melupakan esensi pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dewasa ini direduksi menjadi proses belajar di
dalam kelas, padahal setiap dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia bisa
dikatakan sebuah peroses pendidikan. Apa yang kemudian ada dewasa ini ialah
pendidikan yang sudah direduksi maknanya. Kelas menjadi satu-satunya ruangan
belajar di dalam pendidikan, padahal ruang belajar terbuka lebar di masyarakat.
Masyarakat adalah laboratorium yang ada dan harus dimanfaatkan oleh peserta
didik. Mereka bisa belajar budaya, ilmu alam, ilmu sosial dan lain sebagainya.
Fakta yang ada saat ini ialah bahwa hanya sedikit sekolah
yang menerapkan hal tersebut. Hanya ada beberapa sekolah seperti sekolah alam
yang bersinergi dengan masyarakat yang ada. Sekolah formal yang biasa kita
lihat dengan pagar dan tembok yang tinggi membatasi antara sekolah dan
masyarakat. Pagar dan tembok tinggi menjadi sebuah symbol dimana membedakan
serta membatasi dua kehidupan yang ada. Terlebih dengan hadirnya masjid yang juga
menjadi symbol bahwa kehidupan beragama sekolah hanya ada di sekolah. Semua ibadah
di waktu sekolah berpusat hanya di dalam sekolah belaka. Ini menunjukkan adanya
kehidupan yang mandiri di dalam sekolah. Entah berapa sekolah yang tidak punya
masjid sendiri yang mengharuskan peserta didiknya shalat di masjid di wilayah
masyarakat.
Bahkan pada tingkat perguruan tinggi saja banyak yang belum
menjalankan peran pengabdian Masyarakat. Wujud konkret kampus dari pengabdian
masyarakat ialah KKN (Kuliah Kerja Nyata). Namun, dewasa ini ada beberapa
kampus yang sudah tidak mewajibkan lagi mata kuliah tersebut. Entah dengan
alasan dana ataupun keselamatan dari mahasiswa itu sendiri.
Menuju Sekolah
Ideal
Ideal merupakan kondisi dimana hal yang dicita-citakan dan
diinginkan tercapai. Tentunya ideal disini menyesuaikan dengan konteks
sosiologis yang ada di masyarakat. Setiap individu, bahkan masyarakat memilki
standar ideal yang berbeda. Bergantung kepada proses yang dijalani oleh
individu dan kelompok itu sendiri. Jika ia mengalami proses bersama orang-orang
yang menganggap sekolah tak perlu berinteraksi dengan masyarakat, maka itu pula
yang akan ia pikirkan, begitupun sebaliknya.
Pada bagian ini, saya mencoba sedikit merumuskan bagaimana
agar sekolah dan masyarakat dapat bersinergi baik secara parsial maupun secara
keseluruhan. Butuh proses untuk mengubah itu semua. Karena memang idealnya
adalah bahwa sekolah dan masyarakat menjadi satu bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari. Maka, pemisahan yang ada dapat membuat fungsi lain
sekolah yang seharusnya bermanfaat bagi masyarakat tidak tercapai.
Dalam konteks sekolah, maka terdapat unsur kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik dan lain sebagainya yang
berasal dari masyarakat itu sendiri. Sudah seharusnya sekolah memikirkan
program yang ada bagi masyarakat. Sehingga jarak sosial antara sekolah dan
masyarakat tidak terlampau jauh lagi.
Paling tidak, sekolah mempunyai program khusus bagi peserta
didik untuk mengenal masyarakat sekitar sekolah dan tentunya masyarakat di
rumahnya. Sekolah harus menyusun program semester dan program tahunan dengan
memperhatikan masyarakat sekitar. Bisa saja sekolah mempunyai metode belajar
khusus dengan masyarakat di sekitar. Selain itu juga dapat diimplementasikan
lewat metode pembelajaran yang ada.
Metode pembelajaran yang ada harus kontekstual dengan kondisi
masyarakat yang ada. Sehingga, peserta didik dapat mengetahui secara langsung
manfaat dari belajar pelajaran tersebut. Bisa juga dengan melibatkan masyarakat
dalam proses pembelajaran seperti pada BAB metodologi penelitian padamata
pelajaran sosiologi, atau bisa juga dengan menginventarisir tumbuhan yang ada
dan tumbuh di masyarakat. Itu semua bisa
dilaksanakan dengan komitmen sekolah dan juga masyarakat itu sendiri. Dengan adanya
ini, paling tidak sekolah dengan masyarakat berinteraksi dan kedepannya bisa
bersinergi. Sehingga tidak adalagi jarak sosial antara sekolah dan masyarakat.