Rabu, 19 Juni 2019

Sekolah dan Masyarakat

Oleh : Aulia Daie Nichen
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melakukan proses pendidikan kepada peserta didik. Dewasa ini, macam-macam sekolah berkembang pesat mulai dari sekolah formal biasa yang kita kenal sehari-hari hingga konsep sekolah alam yang jarang orang memperhatikannya. Peserta didik dikirim ke sekolah-sekolah dengan harapan pulang membawa bekal ilmu yang cukup serta nilai yang bagus. Nilai tentu didapat di dalam proses pembelajaran di sekolah, namun belum tentu dengan bekal ilmu yang didapat sekolah. Siapa yang bisa memastikan bahwa sang peserta didik memahami betul apa yang diajarkan gurunya di sekolah?
Hasil gambar untuk sekolah dan masyarakat
Pertanyaan itu bukan berarti meragukan proses pembelajaran di sekolah, akan tetapi kita patut kritis akan apa yang dipelajari di sekolah. Darimana mengetahui sang anak mendapatkan ilmunya? Menurut saya bisa menggunakan alat tes seperti umumnya di sekolah, atau bisa menggunakan pengamatan. Pengamatan yang dimaksud bisa dilakukan oleh guru, teman sejawat, orang tua bahkan masyarakat yang ada di sekitar rumahnya. Lalu apa yang diamati? Perilaku dari sang peserta didik tersebut, kemudian ilmu apa saja yang sudah diterapkan di kehidupan sehari-hari. Misalkan seperti ilmu akuntansi yang diterapkan di warung milik orang tua sang peserta didik.
Ilmu yang didapat oleh peserta didik tentunya tidak dapat diimplementasikan secara menyeluruh. Namun, paling tidak ada hal-hal yang diimplementasikan ke kehidupan sehari-hari dari proses pembelajaran di kelas. Sehingga, apa yang dipelajari bukan sekadar hafalan belaka, namun lebih dari itu menjadi sebuah hal yang diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.

Jarak Sosial Sekolah Dan Masyarakat
Jika kita mendengar kata sekolah, maka yang terbayang di dalam pikiran kita ialah bangunan tinggi dengan pagar dan tembok yang berdiri kokoh serta dilengkapi dengan fasilitas yang ada seperti lapangan, laoratorium dan juga tempat ibadah sendiri. Itulah sekolah pada umumnya, yang bahkan berada di tengah-tengah masyarakat namun memiliki kehidupan sendiri. Jarak yang ada antara sekolah dan masyarakat bukan jarak geografis, akan tetapi jarak sosial yang terbentang dari sekolah hingga ke masyarakat. Bisa jadi sekolah berada di tengah perkampungan, namun tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat kampong tersebut. Bisa jadi sebaliknya, sekolah berada di pinggir jalan raya namun memiliki program bersama masyarakat di sekitar.
Lalu apa permasalahannya jika sekolah dan masyarakat tidak berinteraksi? Pertanyaan yang bagi saya menarik, karena bisa terdapat dua jawaban yaitu tidak ada masalah dan tentunya sangat bermasalah. Tidak masalah bagi mereka yang menganggap bahwa fungsi sekolah hanya sekadar belajar di kelas, dan tidak perlu turun ke masyarakat. Dianggap masalah bagi mereka yang percaya bahwa fungsi sekolah ialah bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Karena secara alami seluruh komponen sekolah berasal dari masyarakat.
Mereka yang menganggap sekolah dan masyarakat tidak perlu bersinergi ialah orang yang juga menganggap bahwa fungsi sekolah hanya sekadar perbaikan kekayaan material saja. Anak dikirim untuk sekolah tujuannya adalah untuk mendapat nilai yang tinggi, sehingga dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya ke sekolah favorit, begitu hingga ia lulus kuliah dan seterusnya. Dari kecil kita diajari bahwa dengan sekolah maka kita akan sukses dan jadi orang. Terngiang di telinga saya bahwa guru dan orang tua saya selalu berkata “sekolah yang bener, biar jadi orang”. Dahulu pasti kita pernah mendengar itu dan mengiyakan. Namun belum tentu di kemudian hari kita bersepakat dengan kata-kata itu.
Semakin dewasa kita semakin melihat kenyataan bahwa bahkan orang yang pandai pun bisa tidak sukses dalam karirnya. Kepintaran yang diwujudkan oleh nilai tidak menjamin seseorang sukses dan menjadi orang. Karena semakin kita dewasa semakin kita mengetahui bahwa masih banyak factor di luar daripada kepintaran dan secarik kertas bertuliskan nilai yang tinggi tersebut. Namun tidak juga sedikit orang yang masih mempercayai hal itu.
Sebaliknya, mereka yang percaya bahwa sekolah dan masyarakat harus bersinergi bahkan melebur adalah mereka yang jenuh akan keadaan saat ini. Keadaan dimana sekolah hanya menjadi formalitas saja bagi masyarakat kredensial yang masih mengejar sertifikat, ijazah dan lain sebagainya. Itu tentu saja penting, namun bukan berarti segalanya dan melupakan esensi pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dewasa ini direduksi menjadi proses belajar di dalam kelas, padahal setiap dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia bisa dikatakan sebuah peroses pendidikan. Apa yang kemudian ada dewasa ini ialah pendidikan yang sudah direduksi maknanya. Kelas menjadi satu-satunya ruangan belajar di dalam pendidikan, padahal ruang belajar terbuka lebar di masyarakat. Masyarakat adalah laboratorium yang ada dan harus dimanfaatkan oleh peserta didik. Mereka bisa belajar budaya, ilmu alam, ilmu sosial dan lain sebagainya.
Fakta yang ada saat ini ialah bahwa hanya sedikit sekolah yang menerapkan hal tersebut. Hanya ada beberapa sekolah seperti sekolah alam yang bersinergi dengan masyarakat yang ada. Sekolah formal yang biasa kita lihat dengan pagar dan tembok yang tinggi membatasi antara sekolah dan masyarakat. Pagar dan tembok tinggi menjadi sebuah symbol dimana membedakan serta membatasi dua kehidupan yang ada. Terlebih dengan hadirnya masjid yang juga menjadi symbol bahwa kehidupan beragama sekolah hanya ada di sekolah. Semua ibadah di waktu sekolah berpusat hanya di dalam sekolah belaka. Ini menunjukkan adanya kehidupan yang mandiri di dalam sekolah. Entah berapa sekolah yang tidak punya masjid sendiri yang mengharuskan peserta didiknya shalat di masjid di wilayah masyarakat.
Bahkan pada tingkat perguruan tinggi saja banyak yang belum menjalankan peran pengabdian Masyarakat. Wujud konkret kampus dari pengabdian masyarakat ialah KKN (Kuliah Kerja Nyata). Namun, dewasa ini ada beberapa kampus yang sudah tidak mewajibkan lagi mata kuliah tersebut. Entah dengan alasan dana ataupun keselamatan dari mahasiswa itu sendiri.
Menuju Sekolah Ideal
Ideal merupakan kondisi dimana hal yang dicita-citakan dan diinginkan tercapai. Tentunya ideal disini menyesuaikan dengan konteks sosiologis yang ada di masyarakat. Setiap individu, bahkan masyarakat memilki standar ideal yang berbeda. Bergantung kepada proses yang dijalani oleh individu dan kelompok itu sendiri. Jika ia mengalami proses bersama orang-orang yang menganggap sekolah tak perlu berinteraksi dengan masyarakat, maka itu pula yang akan ia pikirkan, begitupun sebaliknya.
Pada bagian ini, saya mencoba sedikit merumuskan bagaimana agar sekolah dan masyarakat dapat bersinergi baik secara parsial maupun secara keseluruhan. Butuh proses untuk mengubah itu semua. Karena memang idealnya adalah bahwa sekolah dan masyarakat menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Maka, pemisahan yang ada dapat membuat fungsi lain sekolah yang seharusnya bermanfaat bagi masyarakat tidak tercapai.
Dalam konteks sekolah, maka terdapat unsur kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik dan lain sebagainya yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Sudah seharusnya sekolah memikirkan program yang ada bagi masyarakat. Sehingga jarak sosial antara sekolah dan masyarakat tidak terlampau jauh lagi.
Paling tidak, sekolah mempunyai program khusus bagi peserta didik untuk mengenal masyarakat sekitar sekolah dan tentunya masyarakat di rumahnya. Sekolah harus menyusun program semester dan program tahunan dengan memperhatikan masyarakat sekitar. Bisa saja sekolah mempunyai metode belajar khusus dengan masyarakat di sekitar. Selain itu juga dapat diimplementasikan lewat metode pembelajaran yang ada.
Metode pembelajaran yang ada harus kontekstual dengan kondisi masyarakat yang ada. Sehingga, peserta didik dapat mengetahui secara langsung manfaat dari belajar pelajaran tersebut. Bisa juga dengan melibatkan masyarakat dalam proses pembelajaran seperti pada BAB metodologi penelitian padamata pelajaran sosiologi, atau bisa juga dengan menginventarisir tumbuhan yang ada dan tumbuh di masyarakat.  Itu semua bisa dilaksanakan dengan komitmen sekolah dan juga masyarakat itu sendiri. Dengan adanya ini, paling tidak sekolah dengan masyarakat berinteraksi dan kedepannya bisa bersinergi. Sehingga tidak adalagi jarak sosial antara sekolah dan masyarakat.