Seluruh dunia tengah dihebohkan dengan adanya pandemic corona. Saya rasa tidak ada satu negara pun yang tidak waspada dengan adanya pandemic ini. Sejak awal tahun, seluruh dunia disibukkan menghadapi virus Covid-19 ini. Semua rencana yang sudah disusun pada awal tahun harus berubah menyesuaikan dengan keadaan saat ini.
Tentu kita mengingat bagaimana
optimism dunia menghadapi 2020 di awal tahun ini. Seperti pada tahun-tahun
sebelumnya, headline surat kabar (baik offline maupun online) dihebohkan dengan
kabar ekonomi di tahun tersebut. Banyak optimisme serta harapan di awal tahun.
Namun harapan tersebut tidak semua dapat terealisasi. Pandemi Covid-19 memaksa
kita untuk menambah focus yaitu isu Kesehatan.
Dengan kondisi demikian, maka
kita masuk pada kondisi krisis yang saat ini sedang melanda dunia. Baru-baru
ini kita mendengar 2 negara maju yang mengalami resisi. Singapura dan Kore Selatan, 2 negara yang
saat ini sedang mengalami resesi. Tentu ini bukan kabar baik bagi Indonesia.
Tapi kita berharap, ini tidak terjadi juga di Indonesia.
Banyak orang menyebut fase ini
sebagai fase “krisis”. Fase ini tentu bukan fase mudah untuk dilewati,
tetapi optimism harus tetap dibangun bahkan Ketika dalam fase seperti ini.
Krisis ini banyak dimaknai orang sebagai momen terpuruk. Ada juga yang
menganggap ini sebagai challenge bagi dirinya. Tapi saya lebih memandang
ini sebagai sebuah momentum untuk belajar. Mengapa demikian? Berikut
penjelasannya~
Pandemic ini bukan merupakan
pandemic yang pertama kali terjadi di dunia. Tentu kita mengetahui sudah ada
pandemic influenza di awal abad ke 20 atau yang lebih sering disebut dengan Flu
Spanyol. Jadi, secara historis dunia sudah pernah mengalami hal ini pada masa
lampau. Tentu kita tidak akan membandingkan kedua masa tersebut karena berbeda
konteksnya. Tetapi yang harus dimaknai dari kedua tragedy pandemic itu ialah
bahwa dunia belajar cara menanggulangi pandemic tersebut.
Lalu mengapa sekarang pandemic
ini terus meluas? Apa kita tidak belajar dari pandemic sebelumnya? Ini yang
sering ditanyakan serta didiskusikan banyak orang. Komentar saya adalah, ini
beda konteksnya sehingga tidak apple to apple untuk
membandingkannya. Bisa jadi memang ada sisi dimana kita tidak belajar dari
pandemic yang lalu, atau bisa jadi justru ini hasil terbaik kita belajar dari
pandemic yang lalu.
Kembali lagi ke makna krisis,
sebagaimana yang sudah saya jelaskan sebelumnya bagi saya krisis adalah
momentum belajar. Fokus utama Ketika menghadapi krisis tentu saja keluar dari
krisis itu. Akan tetapi, apa yang akan kita perbuat setelah krisis ini selesai?
Apa tidak ada pelajaran yang tidak bisa diambil? Ini poin pentingnya!
Ibarat pepatah sambal menyelam,
buang air. Maka Ketika krisis, kita tetap focus keluar dari krisis ini sambil
belajar. Tidak hanya sekadar menonton kebijakan dari pemerintah saja, tetapi
sebagai seorang individu kita juga harus belajar. Banyak hal tentunya yang bisa
dipelajari Ketika krisis ini. Tapi yang terpenting ialah mau belajar!
Tentu saja banyak waktu luang
yang bisa kita pakai untuk belajar. Karena mungkin saja beberapa dari kita
tidak mau keluar rumah untuk menghindari penyebaran virus. Inilah waktu yang
tepat untuk belajar! Lahap semua buku-buku yang ada, baca pengetahuan umum,
baca kondisi, update berita dan lain sebagainya. Ini bermanfaat untuk bekal
kita saat krisis sudah selesai!
Saat krisis sudah selesai, maka
kita dapat terbang cepat dibandingkan mereka yang rebahan saja Ketika krisis.
Ada nilai lebih yang didapatkan Ketika belajar! Maka mindset krisis adalah
momentum belajar itu adalah mindset yang tepat bagi para individu yang terkena
dampak dari virus ini. Selama hidup kita ini belajar sejatinya. Maka Ketika
krisis, belajar kita harus lebih keras lagi bukan?
Okelah kalo beberapa dari
pembaca malas baca buku, atau belajar secara rutin. Tapi pastikan waktu Anda
tidak dibuang sia-sia! Masih banyak peluang di saat krisis ini!
#yukbelajar
#hidupuntukbelajar #belajar #maribelajar