Jumat, 20 Desember 2019

Apa Benar Karl Marx Membenci Agama?

Apa Benar Karl Marx Membenci Agama? 
“Religionis the sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless word, and the soul of soulless conditions. It is the opium of the people.”

Tulisan ini merupakan opini penulis tentang anggapan orang yang mengatakan bahwa Karl Marx membenci agama dengan perkataan agama adalah candu. Asumsi dasar tulisan ini adalah bahwa masih ada orang yang kemudian menganggap bahwa Marx membenci agama. Penulis membuka ruang diskusi bagi para pembaca. Mari berdiskusi!
 Berbicara tentang Marx, maka yang terpikirkan di benak kita adalah komunis dan kata-kata ‘agama adalah candu’. Dua hal itu yang menjadi ciri khas yang diingat oleh orang lain dari Karl Marx. Dua hal itu seolah-olah menjadi hal yang paling menggambarkan Karl Marx. Untuk hal pertama yaitu kata komunis mungkin saja benar karena memang akar dari pemikiran komunis adalah Marxisme. Namun hal kedua banyak disalahartikan oleh banyak orang. Kebanyakan orang menganggap bahwa Karl Marx sangat anti agama. Apa benar demikian?
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang candu yang dieratkan dengan agama oleh Karl Marx, saya akan sedikit membahas terkait posisi filosofis Marx. Dasar filosofis yang dianut oleh Marx adalah Materialisme. Asumsi dari Materialisme itu sendiri adalah bahwa ide atau gagasan berasal dari dunia materi bukan sebaliknya. Karena memang dunia materi adalah sebuah keniscayaan yang sudah ada bukan merupakan hasil dari ide atau gagasan manusia.
Asumsi tersebut kemudian berkaitan dengan agama. Sebagai materialis, Marx memandang agama sebagai sebuah produk sejarah dan produk social yang diproduksi oleh manusia. Untuk itu, maka menurut Marx ide atau gagasan harus dapat dilacak akar social serta historisnya. Tentu asumsi ini akan bertentangan bagi kaum agamis yang menganggap bahwa agama adalah ciptaan dari Tuhan. Asumsi Marx ini tentu saja wajar karena memang dirinya adalah seorang materialis. Namun, label bahwa Marx membenci agama belum tentu bisa disematkan kepada Marx.
Kata-kata agama adalah candu menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari Karl Marx. Bagi penulis, kata-kata ini banyak disalah pahami oleh sebagian orang. Akhirnya adalah banyak yang menganggap bahwa Karl Marx membenci agama. Padahal bagi penulis kritik kata-kata tersebut hanyalah sebuah kritik atas keadaan yang ada pada saat itu.
Memahami sebuah ide, gagasan atau kata-kata yang dikeluarkan oleh seseorang harus selalu melihat konteksnya. Karena memang tidak mungkin ide, gagasan atau kata-kata bisa muncul tanpa ada konteks yang menyertainya. Konteks Karl Marx berbicara seperti itu ialah kritik terhadap agama yang ditunggangi kepentingan kapitalisme saat itu.
Kapitalisme pada saat Marx hidup berkembang sangat pesat. Kritik keras Marx terhadap kapitalisme juga mengarah kepada kritik khusus pada agama saat itu. Mengapa demikian? Gerakan buruh yang sudah muncul pada saat itu dan bisa dikatakan berniat melakukan revolusi. Namun saat itu para buruh mendapatkan sebuah kesadaran palsu dimana mereka tidak melakukan revolusi karena dijanjikan surga oleh para pemuka agama jika tidak melakukan hal tersebut. Inilah yang kemudian dikritik oleh Marx.
Kesadaran palsu yang disebut oleh Marx tersebut menjadi salah satu focus Marx dalam kritiknya terhadap kapitalisme. Kesadaran palsu yang kemudian disebarkan oleh para pemuka agama menjadi sebuah ironi dari agama. Marx melihat bahwa ini adalah bentuk dari pemanfaatan agama oleh para kapitalis. 
Dengan melihat konteks itu, maka sebenarnya kritik Marx bukan tertuju langsung kepada agama melainkan kepada para kapitalis yang tega memakai agama sebagai alat untuk mempertahankan status quo. Selain itu, dengan adanya kritik tersebut penulis melihat justru Marx berharap agama seharusnya yang menjadi alat perjuangan buruh bukan menjadi alat mengendurkan perjuangan. Dari konteks ini penulis juga beranggapan bahwa sesungguhnya Marx tidak membenci agama (meskipun dia seorang yang menganut materialism), melainkan ia mengkritik praktik-praktik keagamaan yang dikendalikan oleh kapitalisme untuk mengendurkan perjuangan kaum buruh.
Terima kasih telah membaca :)